Tingkat
perkembangan kemampuan motorik dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Misalnya Winter pada tahun 1976 yang berasal dari Jerman mengklasifikasikan
perkembangan kemampuan motorik berdasarkan usia. Dalam hal ini Winter
mengklasifikasikan tingkat perkembangan penguasaan motorik dari masa bayi
sampai pada seseorang yang telah berusia di atas 60 tahun. Dari hasil
penelitiannya, Winter dapat mengemukakan suatu perincian misalnya:
- Pada umur berapakah seseorang individu dapat diberikan suatu bentuk latihan keterampilan motorik tertentu?
- Pada umur berapakah individu mengalami kemajuan yang pesat dalam belajar motorik?
- Pada umur berapakah seseorang mengalami fase stabilisasi dan penurunan keterampilan motorik?
Pejelasan-penjelasan
yang dikemukakan oleh Winter ini terperinci sekali dilihat dari segi usia
seseorang. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat sekali untuk dapat menjawab
pertanyaan:
- Kapankah suatu cabang olahraga tertentu atau kemampuan motorik yang bagaimana dapat diajarkan pada seorang individu?
Walaupun
Winter telah mengemukakan perkembangan motorik seseorang secara terperinci yang
dilihat dari segi usia dan fase perkembangan motorik, tetapi belum memberikan
penjelasan secara terperinci tentang ciri-ciri perkembangan motorik di dalam
pemecahan suatu tugas gerakan misalnya:
- Bagaimanakah karakter kualitas pemecahan tugas gerakan yang diberikan pada seseorang anak yang berumur 7-10 tahun?
Seorang
pakar terkemuka dari Jerman dalam bidang teori gerak bernama Meinel pada tahun 1977,
berhasil memberikan rincian yang lebih jelas tentang tingkat belajar motorik
berserta ciri-cirinya yang dilihat dari kualitas pemecahan tugas gerakan atau
dari segi kemampuan seseorang dalam melaksanakan gerakan-gerakan olahraga yang
dituntut. Klasifikasi yang dikemukakan tersebut berdasarkan pada analisis
kemampuan koordinasi gerak yang dimiliki individu. Klasifikasi yang dikemukakan
oleh Meinel ini dapat lebih mengarahkan para guru pendidikan jasmani maupun
penggiat olahraga dan orang tua baik dalam menentukan materi yang akan
diajarkan maupun dalam menentukan atau memilih metoda mengajar yang digunakan.
Meinel
(1977, hal 235) membagi tingkat belajar motorik dalam 3 fase:
- Fase belajar motorik tingkat pertama yaitu perkembangan penguasaan keterampilan motorik dalam bentuk koordinasi kasar.
- Fase belajar motorik tingkat kedua perkembangan penguasaan keterampilan motorik dalam bentuk koordinasi halus.
- Fase belajar motorik tingkat ketiga yaitu fase stabilitasi dan pembentukan kemampuan automatisasi serta transfer kemampuan ke berbagai situasi dan kondisi.
Berdasarkan
uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan di atas, maka timbul pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
- Berapa lamakah seseorang berada dalam suatu fase belajar? atau berapa lamakah seseorang memerlukan waktu untuk dapat meningkat dari satu fase ke fase yang lain?
- Apakah pada setiap fase belajar seseorang memerlukan waktu yang sama (misalnya 3 bulan untuk fase I. 3 bulan fase II dan 3 bulan untuk fase III)?
- Apakah anak-anak usia sekolah dasar akan dapat mencapai fase belajar tingkat ketiga?
- Apakah seseorang yang telah berada pada fase belajar pada tingkat kedua atau ketiga dalam suatu cabang olahraga tertentu juga akan berada pada fase yang sama pada cabang olahraga yang lain?
Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan di atas, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang sangat relevan
sekali untuk diajukan dan perlu mendapat penjelasan yang sangat konkrit.
Pertanyaan tentang lamakah seseorang berada pada setiap fase belajar, dapat
dijawab bahwa kemampuan seseorang untuk dapat menguasai
keterampilan-keterampilan motorik olahraga berbeda-beda. Perbedaan tersebut
ditentukan oleh:
- Perbedaan kemampuan kondisi dan koordinasi yang dimiliki
- Perbedaan usia
- Perbedaan pengalaman gerakan (banyak atau sedikit)
- Perbedaan jenis kelamin
- Perbedaan tujuan dan motivasi dalam mempelajari suatu keterampilan motorik
- Perbedaan kemampuan kognitif
- Frekuensi latihan dan sebagainya
Berdasarkan
pada kemungkinan-kemungkinan perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap
individu, maka tidak dapat dijawab dengan pasti berapa lamakah seseorang akan
berada pada setiap fase belajar motorik. Jawaban ini sekaligus menjawab pertanyaan
tentang apakah seseorang memerlukan waktu yang sama untuk meningkat pada
fase-fase belajar yang lebih tinggi? mengapa demikian? karena kita sudah
sama-sama memahami bahwa perbedaan kemampuan kondisi, koordinasi, umur,
pengalaman gerakan, jenis kelamin, tujuan dan motivasi serta perbedaan
kemampuan kognitif, sangat berpengaruh dan menentukan terhadap kemampuan
seseorang dalam menguasai keterampilan motorik olah raga baik dari segi waktu
yang dibutuhkan maupun dari hasil yang diperoleh.
Pertanyaan
berikutnya tentang apakah anak usia sekolah dasar hanya berada pada fase
belajar tingkat pertama dan apakah mungkin anak-anak usia sekolah dasar dapat
mencapai fase belajar tingkat ketiga? Pertanyaan ini dapat dijawab sebagai
berikut: pembagian fase-fase belajar motorik bukan berdasarkan pada tingkat
usia, melainkan pada tingkat kemampuan seseorang dalam penguasaan
keterampilan-keterampilan motorik olahraga dalam melaksanakan gerakan-gerakan.
Ini berarti bahwa seseorang bisa berada pada fase belajar tingkat pertama atau
tingkat kedua dan ketiga.
Pertanyaan
selanjutnya tentang apakah seseorang yang telah berada pada fase belajar kedua
atau ketiga pada suatu cabang olahraga tertentu juga akan berada pada fase yang
sama dalam cabang olahraga yang lain? Seperti diketahui bahwa setiap cabang
olahraga memiliki tuntutan yang berada baik bentuk maupun jenis gerakan.
Tuntutan
yang berbeda-beda baik terhadap tingkat kemampuan kondisi maupun koordinasi.
Misalnya kemampuan daya tahan dan kemampuan kekuatan yang dituntut dalam dalam
cabang olahraga sepakbola berbeda dengan apa yang dituntut dalam cabang olah
raga bola basket, renang, senam dan atletik. Demikian juga dalam hal tuntutan
kemampuan koordinasi misalnya kemampuan koordinasi yang dituntut dalam lompat
jauh berbeda dengan apa yang dituntut dalam cabang olahraga lempar lembing atau
cakram.
Tugas-tugas
gerakan yang berbeda-beda misalnya tugas gerakan dalam lompat jauh berbeda
dengan lompat tinggi. Dalam lompat jauh tugas gerakan adalah melompat sejauh
mungkin sedangkan dalam lompat tinggi adalah setinggi mungkin. Oleh karenanya,
setiap cabang olahraga menuntut kemampuan yang berbeda-beda.
Berdasarkan
penjelasan-penjelasan tersebut, maka pertanyaan di atas dapat dijawab secara lebih
tuntas lagi, yaitu seseorang yang berada pada fase belajar tingkat kedua atau
ketiga pada suatu cabang olah raga tertentu tidak mungkin akan berada pada fase
yang sama pada cabang olahraga yang lain, kecuali bila cabang olahraga yang
lain memiliki bentuk dan jenis gerakan yang sama, tuntutan terhadap kemampuan
kondisi dan koordinasi tidak jauh berbeda.
0 komentar:
Posting Komentar