Proses pembelajaran gerak merupakan pengalaman menarik yang terjadi pada diri setiap manusia. Proses pembelajaran gerak dewasa ini bukan hanya harus dimengerti oleh guru olahraga dan para pelatih olahraga saja, tetapi juga oleh para orang tua. Disini mari kita bersama-sama berbagi pengalaman dan belajar mengenai belajar motorik (gerak). Tak hanya itu, renang dan futsal sebagai ketarampilan gerak yang baik untuk dipelajari akan dibahas disini.

Sabtu, 23 Januari 2016

KEMAMPUAN BELAJAR MOTORIK


Tingkat perkembangan kemampuan motorik dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Misalnya Winter pada tahun 1976 yang berasal dari Jerman mengklasifikasikan perkembangan kemampuan motorik berdasarkan usia. Dalam hal ini Winter mengklasifikasikan tingkat perkembangan penguasaan motorik dari masa bayi sampai pada seseorang yang telah berusia di atas 60 tahun. Dari hasil penelitiannya, Winter dapat mengemukakan suatu perincian misalnya:

  • Pada umur berapakah seseorang individu dapat diberikan suatu bentuk latihan keterampilan motorik tertentu?
  • Pada umur berapakah individu mengalami kemajuan yang pesat dalam belajar motorik?
  • Pada umur berapakah seseorang mengalami fase stabilisasi dan penurunan keterampilan motorik?

Pejelasan-penjelasan yang dikemukakan oleh Winter ini terperinci sekali dilihat dari segi usia seseorang. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat sekali untuk dapat menjawab pertanyaan:

  • Kapankah suatu cabang olahraga tertentu atau kemampuan motorik yang bagaimana dapat diajarkan pada seorang individu?
Walaupun Winter telah mengemukakan perkembangan motorik seseorang secara terperinci yang dilihat dari segi usia dan fase perkembangan motorik, tetapi belum memberikan penjelasan secara terperinci tentang ciri-ciri perkembangan motorik di dalam pemecahan suatu tugas gerakan misalnya:
  • Bagaimanakah karakter kualitas pemecahan tugas gerakan yang diberikan pada seseorang anak yang berumur 7-10 tahun?


Seorang pakar terkemuka dari Jerman dalam bidang teori gerak bernama Meinel pada tahun 1977, berhasil memberikan rincian yang lebih jelas tentang tingkat belajar motorik berserta ciri-cirinya yang dilihat dari kualitas pemecahan tugas gerakan atau dari segi kemampuan seseorang dalam melaksanakan gerakan-gerakan olahraga yang dituntut. Klasifikasi yang dikemukakan tersebut berdasarkan pada analisis kemampuan koordinasi gerak yang dimiliki individu. Klasifikasi yang dikemukakan oleh Meinel ini dapat lebih mengarahkan para guru pendidikan jasmani maupun penggiat olahraga dan orang tua baik dalam menentukan materi yang akan diajarkan maupun dalam menentukan atau memilih metoda mengajar yang digunakan.



Meinel (1977, hal 235) membagi tingkat belajar motorik dalam 3 fase:

  1. Fase belajar motorik tingkat pertama yaitu perkembangan penguasaan keterampilan motorik dalam bentuk koordinasi kasar.
  2. Fase belajar motorik tingkat kedua perkembangan penguasaan keterampilan motorik dalam bentuk koordinasi halus.
  3. Fase belajar motorik tingkat ketiga yaitu fase stabilitasi dan pembentukan kemampuan automatisasi serta transfer kemampuan ke berbagai situasi dan kondisi.

Berdasarkan uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan di atas, maka timbul pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

  • Berapa lamakah seseorang berada dalam suatu fase belajar? atau berapa lamakah seseorang memerlukan waktu untuk dapat meningkat dari satu fase ke fase yang lain?
  • Apakah pada setiap fase belajar seseorang memerlukan waktu yang sama (misalnya 3 bulan untuk fase I. 3 bulan fase II dan 3 bulan untuk fase III)? 
  • Apakah anak-anak usia sekolah dasar akan dapat mencapai fase belajar tingkat ketiga? 
  • Apakah seseorang yang telah berada pada fase belajar pada tingkat kedua atau ketiga dalam suatu cabang olahraga tertentu juga akan berada pada fase yang sama pada cabang olahraga yang lain?

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di atas, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang sangat relevan sekali untuk diajukan dan perlu mendapat penjelasan yang sangat konkrit. Pertanyaan tentang lamakah seseorang berada pada setiap fase belajar, dapat dijawab bahwa kemampuan seseorang untuk dapat menguasai keterampilan-keterampilan motorik olahraga berbeda-beda. Perbedaan tersebut ditentukan oleh:

  • Perbedaan kemampuan kondisi dan koordinasi yang dimiliki 
  • Perbedaan usia 
  • Perbedaan pengalaman gerakan (banyak atau sedikit) 
  • Perbedaan jenis kelamin 
  • Perbedaan tujuan dan motivasi dalam mempelajari suatu keterampilan motorik 
  • Perbedaan kemampuan kognitif 
  • Frekuensi latihan dan sebagainya

Berdasarkan pada kemungkinan-kemungkinan perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap individu, maka tidak dapat dijawab dengan pasti berapa lamakah seseorang akan berada pada setiap fase belajar motorik. Jawaban ini sekaligus menjawab pertanyaan tentang apakah seseorang memerlukan waktu yang sama untuk meningkat pada fase-fase belajar yang lebih tinggi? mengapa demikian? karena kita sudah sama-sama memahami bahwa perbedaan kemampuan kondisi, koordinasi, umur, pengalaman gerakan, jenis kelamin, tujuan dan motivasi serta perbedaan kemampuan kognitif, sangat berpengaruh dan menentukan terhadap kemampuan seseorang dalam menguasai keterampilan motorik olah raga baik dari segi waktu yang dibutuhkan maupun dari hasil yang diperoleh.


Pertanyaan berikutnya tentang apakah anak usia sekolah dasar hanya berada pada fase belajar tingkat pertama dan apakah mungkin anak-anak usia sekolah dasar dapat mencapai fase belajar tingkat ketiga? Pertanyaan ini dapat dijawab sebagai berikut: pembagian fase-fase belajar motorik bukan berdasarkan pada tingkat usia, melainkan pada tingkat kemampuan seseorang dalam penguasaan keterampilan-keterampilan motorik olahraga dalam melaksanakan gerakan-gerakan. Ini berarti bahwa seseorang bisa berada pada fase belajar tingkat pertama atau tingkat kedua dan ketiga.


Pertanyaan selanjutnya tentang apakah seseorang yang telah berada pada fase belajar kedua atau ketiga pada suatu cabang olahraga tertentu juga akan berada pada fase yang sama dalam cabang olahraga yang lain? Seperti diketahui bahwa setiap cabang olahraga memiliki tuntutan yang berada baik bentuk maupun jenis gerakan.


Tuntutan yang berbeda-beda baik terhadap tingkat kemampuan kondisi maupun koordinasi. Misalnya kemampuan daya tahan dan kemampuan kekuatan yang dituntut dalam dalam cabang olahraga sepakbola berbeda dengan apa yang dituntut dalam cabang olah raga bola basket, renang, senam dan atletik. Demikian juga dalam hal tuntutan kemampuan koordinasi misalnya kemampuan koordinasi yang dituntut dalam lompat jauh berbeda dengan apa yang dituntut dalam cabang olahraga lempar lembing atau cakram.


Tugas-tugas gerakan yang berbeda-beda misalnya tugas gerakan dalam lompat jauh berbeda dengan lompat tinggi. Dalam lompat jauh tugas gerakan adalah melompat sejauh mungkin sedangkan dalam lompat tinggi adalah setinggi mungkin. Oleh karenanya, setiap cabang olahraga menuntut kemampuan yang berbeda-beda.


Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka pertanyaan di atas dapat dijawab secara lebih tuntas lagi, yaitu seseorang yang berada pada fase belajar tingkat kedua atau ketiga pada suatu cabang olah raga tertentu tidak mungkin akan berada pada fase yang sama pada cabang olahraga yang lain, kecuali bila cabang olahraga yang lain memiliki bentuk dan jenis gerakan yang sama, tuntutan terhadap kemampuan kondisi dan koordinasi tidak jauh berbeda.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

About